Dulu Kabupaten Banyuwangi boleh tak dikenal orang. Kalau pun dikenal, cuma jadi tempat transit alias perlintasan kalau kita akan menuju ke Pulau Bali. Tapi dalam beberapa tahun terakhir ini, Banyuwangi makin nge-hits. Pariwisatanya kian bergeliat, bahkan kabupaten yang punya julukan The Sunrise of Java ini menyabet gelar juara dunia inovasi kebijakan pariwisata dunia dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/ UNWTO).
Nah, kini inovasi terbaru dilakukan Banyuwangi yang kini dipimpin Bupati Abdullah Azwar Anas itu. Banyuwangi kini sudah menyelesaikan terminal hijau di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Hebatnya lagi, ini merupakan bandara dengan terminal hijau pertama dan satu-satunya di Indonesia. Terminal bandara ini nyaris tanpa AC, tapi bisa tetap sejuk karena desain interiornya yang minim sekat ditambah rimbunnya tanaman dan sirkulasi air lewat kolam ikan yang tersebar di sekeliling terminal. Wuihh, seru nih. Seperti apa ya?
Bandara Blimbingsari nantinya akan mengusung konsep bandara ramah lingkungan atau green airport. Apa bedanya dengan bandara lainnya?
Ini sudah siap beroperasi. Tinggal menunggu bongkar terminal yang lama. Pertengahan tahun ini diresmikan, teman-teman boleh datang semuanya. Terminal baru ini akan menjadi ikon wisata sekaligus memberi ruang yang cukup bagi penumpang, mengingat terminal lama sudah tidak mencukupi karena ada lonjakan penumpang lebih dari 1.300 persen dalam lima tahun terakhir, cerita Bupati Anas.Dari mana datangnya ide terminal hijau ini? Bupati berusia 43 itu menceritakan, tak mungkin Banyuwangi membangun bandara penuh kaca nan modern seperti di kota-kota besar.
Dari Chicago, Jakarta, sampai Bali, bandaranya penuh kaca. Mau bersaing, jelas Banyuwangi akan kalah. Makanya kita bikin yang sederhana tapi pesannya kuat dengan arsitektur yang unik dan hijau. Ini tidak mewah dengan kayu-kayu bekas, tapi terkesan sangat elegan, beber Anas.Konsep arsitektur hijau di terminal bandara ini ternyata punya tiga tujuan. Apa saja?
Pertama, menjadi ikon baru pengembangan pariwisata. Bangunan baru dengan arsitektur unik bisa menjadi landmark yang menarik perhatian wisatawan. ‘Kan kalian pasti cari tempat yang Instagramable waktu berwisata, nah terminal hijau ini Instagramable banget, kata Anas.
Kedua, untuk transfer pengetahuan dari arsitek nasional kepada arsitek lokal. Ya, terminal hijau ini didesain oleh arsitek kondang Andra Matin yang kalibernya sudah internasional. Di Banyuwangi, kami sengaja melibatkan arsitek untuk bikin ruang-ruang publik, dari bandara, alun-alun, pendopo, sampai rumah sakit. Selama ini kan ada kesan proyek pemerintah itu ya gitu-gitu aja, tapi dengan pelibatan arsitek, menjadi lebih khas, kata Bupati Anas.
Secara bertahap, diharapkan sih semua bangunan di Banyuwangi yang digarap arsitek lokal, seperti ruko, rumah makan, dan sebagainya, juga memiliki konsep arsitektur yang jelas. Masyarakat bisa meniru karena konsep arsitektur yang diusung memang sederhana, namun tetap ikonik. Sebagian ornamen terminal bandara ini pakai kayu bekas, lho. Minim sekat, lebih hemat. Lantainya bukan pakai keramik mahal, tapi ubin lama. Yang bagus tidak harus mahal, tegas bupati Anas.
Ketiga, secara fungsional dan daya guna, bangunan yang ada bisa terjaga keberlanjutannya dengan prinsip efisiensi. Nah, ini soal arsitektur, mahasiswa dan peminatnya pasti paham. Terminal bandara ini hemat energi dengan pendekatan konsep rumah tropis yang mengutamakan penghawaan udara alami. Terminal bandara ini akan efisien dalam pengelolaan dan pemeliharaan, karena tidak banyak menyedot energi. Plat beton atap juga bakalan lebih awet karena terlindung dari panas secara langsung dengan adanya tanaman.
Desain interior terminal juga dibikin minim sekat untuk melancarkan sirkulasi udara dan sinar matahari. Di dalam terminal juga terdapat kolam-kolam ikan yang berfungsi mengoreksi tekanan udara, sehingga suhu ruang tetap sejuk. Jadi tidak usah khawatir kepanasan di sini. Kalian juga bakal kaget, ini bandara atau kolam ikan sih, jelas Anas.
Yang bikin tambah ikonik, terminal ini mengadopsi atap rumah Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi) yang juga menunjukkan ciri bangunan tropis. Bandara ini pun mengakomodasi kearifan lokal masyarakat. Biasanya, saat mengantar umroh atau haji tetangganya, warga selalu bawa rombongan besar, bisa sepuluh mobil. Nah, para pengantar itu bebas aja di bandara.
Konsep bandara ramah lingkungan ini merupakan yang pertama di Indonesia lho. Semoga pariwisata di Banyuwangi meningkat ya. Ayo main ke Banyuwangi!
kolam ikan tersebar di sekeliling dan di dalam terminal Bandara Banyuwangi. |
di sekitar bandara ini juga tidak boleh dibikin bangunan apapun. Semuanya masih sawah terbentang hijau nan luas. Banyuwangi sengaja melarang pembangunan ruko, kantor, atau sejenisnya di sekitar bandara. Jadi begitu wisatawan mendarat, langsung lihat sawah. Aktivitas petani menanam atau memanen padi pun bisa dilihat.
Nggak hanya pemandangannya yang buat kamu jatuh cinta, kursi unik karya perajin lokal menghiasi ruang tunggu terminal bandaranya juga!
Dengan bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia ini. diharapkan pariwisata Banyuwangi makin maju. Berbagai destinasi hits di Banyuwangi memang sedang ramai dikunjungi wisatawan. Sebut saja Kawah Ijen, Teluk Hijau, Pantai Pulau Merah, Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Sukamade. Juga ada beragam festival budaya, dari tari Gandrung sampai jazz pantai. Apalagi segera dibuka penerbangan langsung dari Jakarta menuju Banyuwangi, wah makin ramai aja nih yang datang ke sana.
Tentu dengan kemudahan akses, diharapkan banyak lagi traveler yang memilih berlibur ke ujung timur Jawa ini. Nikmati keindahan pantainya, sesapi kabut pegunungannya yang syahdu, selami kekayaan seni-budayanya, dan jangan lupa cicipi aneka kulinernya yang maknyuss. Liburan ke Banyuwangi bakal jadi tren berlibur traveler yang oke punya.
Yuk ah liburan ke Banyuwangi!
0 comments
Post a Comment